Daftar Blog Saya

Sabtu, 04 September 2010

Linkin Park-Wretches and Kings

Linkin ParkKlaus Thymann
A new Linkin Park album is always an event in the rock world. The band's new album, 'A Thousand Suns,' hits stores on Sept. 14. It's been three years since 'Minutes to Midnight,' so fans are clamoring for more from the California rockers.

Linkin Park are giving away the song 'Wretches and Kings' to people who pre-order the album at www.linkinpark.com. But first, AOL is beyond pleased to give fans the first listen to the beat-driven 'Wretches and Kings' with this exclusive premiere

The song kicks off with an impassioned speech about breaking away from the machines that dictate life as we know it, before launching into a thunderous beat and Chester Bennington's signature vocals.

Cintaku Bintang Ungu


Suatu ketika ada sepasang kekasih yang bernama Novi dan Gunawan yang sejak SMA kelas X (1), mereka menjalin hubungan cinta mereka dengan baik, dengan mesranya dan dengan rasa setia. Mereka menjalin hubungan sampai mereka kuliah dan semester terakhir yang mau usai dan mereka berencana akan menikah setelah tamat kuliah dan kedua orang tua mereka setuju.
            Suatu malam Gun pergi ke rumah Novi, berencana ingin pergi bersama ke tempat yang indah dan romantis. Dimana dunia terasa miliki mereka seorang, tak lama kemudian Gun tiba di rumahnya Novi. Berhentilah dia dan memarkirkan mobilnya di depan gerbang rumah Novi, “Tiiit…tiit” suara klakson mobil Gun terdengar keras sampai dalam rumah. Tak lama kemudian Novi pun keluar dengan berpenampilan sangat cantik dengan baju yang pernah dibelikan oleh Gun ditempo hari.
            Gun pun keluar dari mobilnya dan menghampiri Novi, dia mendekat dengan tersenyum senang karena baju pilihannya cocok sekali dan tampak cantik. Setelah dia sudah berada di dekatnya dia berkata, “Wow!! Kamu sangaaaaaaaattt….. cantik sekali malam ini dengan baju itu.” sambil memperhatikannya dari ujung kaki sampai ujung rambut.
            Novi pun sedikit malu dan merasa senang karena dia mempunyai pasangan yang baik dan perhatian kepadanya, sambil tersenyum dia berkata, “Akh…, masa sih. Biasa aja, seperti malam-malam sebelumnya.”  Dia berkata sambil menatap wajah Gun yang terlihat bahagia dan merasa senang.
            Gun pun menjabat tangannya sambil berkata, “ayo, kita pergi. Kalau kelamaan ngobrol di sini tar cafenya tutup.” Dengan menganggukkan kepalanya seperti tanda isyarat untuk segera berangkat.
            Novi pun tidak mau berbasa-basi lagi, dia pun jalan bergandengan ke mobilnya Gun. Sampai di depan pintu mobil, Gun melepaskan tangan Ovi (Novi) dan membukaan pintu untuknya. Ovi pun kemudian masuk dengan hati-hati, setelah Ovi masuk Gun menutup pintunya kembali dan segera bergegas masuk mobil dan berangkat ke café dimana mereka akan makan malam romantis. Dalam perjalanan mereka bercengkrama dan sedikit bercanda untuk mengisi waktu dan menghilangkan rasa jenuh dalam perjalanan, setelah beberapa menit dalam perjalanan mereka pun sampai di café.
            Mereka duduk di meja yang berada di luar agar mereka bias melihat indahnya langit dan bintang yang bersinar terang, mereka pun duduk. Tak lama kemudian pelayan pun dating membawa penampan dan daftar menu. Pelayan pun memberikan daftar menu itu kepada Gun dan setelah gun melihat-melihat daftar menu. Pelayan pun berkata, “mau pesan apa?” sambil memegang buku kecil dan polpen untuk menulis pesanan Gun.
            Gun sambil melihat daftar menu dan berkata, “Saya pesan yang paling istimewa di café ini”.
            Pelayan itu pun menulis pesanan yang Gun pesan, “Baiklah, kami akan membawakannya kemari. Tolong tunggu sebentar, apa kah ada lagi yang mau anda pesan?”
            Sambil menutup daftar menu dia berkata, “aku juga minta orange jus.” Kemudian sambil dia melihat kea rah Ovi dia berkata, “Sayang, kamu mau minum apa?”
            Seperti biasanya dia tersenyum dan menjawab pentanyaan Gun, “aku minta jus anggur saja.”
            Pelayan pun menyatat pesanannya, kemudian dia pun pergi untuk menyediakan pesanannya dan membawanya ke meja Gun dan Ovi. Gun dan Ovi sambil menunggu pesanannya datang, mereka pun saling jawabmenjawab pertanyaan yang sling diajukan.
            Sambil melihat langit Ovi berkata, “andai nanti aku jadi bintang yang bersinar terang dilangit dengan kilaunya yang berwarna ungu.”
            Saat mendengar Ovi, Gun pun ikut melihat langit malam yang luas. Dia membayangkan kalau mereka biasa terbang ke angkasa bersama bintang-bintang yang bertaburan di langit, Gun yang kemudian melihat wajah sang kekasihnya yang bahagia ketika melihat langit dan berkata ingin menjadi bintang ungu. Tak lama kemudian ada suatu ide yang terlintas dalam benak Gun untuk lebih menyenangkan Ovi, kemudian dia sambil tersenyum bahagia dia berkata, “Sayang, kamu minggu depan ada waktu luang tidak?”
            Terkejut dengan perkataannya, Ovi pun berkata, “ada apa sih? Tumben-tumbenan kamu tanya hal itu.”
            Sambil malu dan takut ketahuan rencana supraisnya dia berkata, “Ti…ti..tidak ada apa-apa koq, aku cuma mau bertemu kamu aja.”
            Sambil penasaran dengan yang Gun pikirkan dan akan dilakukan, Ovi berkata, “Kalau mau ketemu bukannya bisa tiap hari kita ketemu? Hayooo…. Kamu berencana apaan lagi kali ini?”
            Sambil mencari-cari alas an dia berkata, “E..eehh, tidak koq. Aku tanya gitukan barang kali minggu depan Sayang ada ujian apa gitu.”
            Ovi pun berkata, “Oooh.. gitu, aku kirain kamu mau ngapain lagi kaya waktu itu. aku males banget tau kalau ada kejadian kaya kemarin-kemarin itu. Aku rasa sih ga ada.”
            Gun pun berkata kembali, “Bagus dong. Ooh ya pesanannya koq belum datang-datang juga ya?” sambil melihat ke arah pintu dapur café.
            Pelayan pun keluar dengan hidangan yang akan diantarkan ke meja pelanggan dan pelayan itu mendatangi Gun, Gun pun berkata, “Tuh dia dating.”
            Kemudian pelayan itu pun berhenti di meja Gun berada dan menaryh hidangan tersebut, setelah hidangan sudah ditaruh rapi. Pelayan itu berkata, “Ini hidangan yang ada pesan, silahkan menikmatinya dan saya mohon ma’af kalau kami lama menyiapkannya.”
            Setelah Gun dan Ovi makan, mereka pun membayar tagihan itu dan memberi beberapa tips uang untuk pelayan yang melayaninya. Mereka pun beranjak pergi ke tempat parkir dan masuk ke mobil dan segera pulang, Gun mengendari mobil ke rumah Ovi. Sampai di depan gerbang rumah mobil Gun berhenti. Ovi yang akan keluar dari mobil dan masuk ke rumahnya, sempat mengucapkan selamat malam dan mencium Gun sang kekasih yang tercinta. Ovi pun masuk ke rumah, kemudian Gun pulang ke rumahnya.
            Ke esokkan harinya Gun yang tidak ada jadwal kuliah yang padat, kemudian pergi ke sebuah toko perhiasan. Ternyata dia meminta dibuatkan dua kalung yang berliontinkan berlian berbentuk bintang dan berwarna ungu, dengan bertuliskan Novi, kemudian di bawahnya bergambarkan hati dan di bawahnya lagi bertuliskan Gunawan. Gun kemudian bertanya kepada si pemilik toko tersebut, “Mas, kira-kira jadinya kapan ya? Bisa jadi dalam waktu lima atau enam hari dari sekarang tidak?”
            Si pemilik toko pun sambil memperkirakan waktu kapan selesainya kalung itu dan berkata, “Sepertinya kalungnya jadi dalam waktu sepuluh atau dua belas hari, tapi kami akan usahakan kalungnya jadi enam hari lagi.” Sambil senang dia menjabat tangan si pemilik toko dan mengucapkan terima kasih. Dia pun pergi ke kampus dengan perasaan yang gembira, karena rencananya untuk memberikan sesuatu yang membuat Ovi lebih bahagia akan berhasil.
            Lima hari setelah Gun pergi ke toko perhiasan, yang berarti hari ini adalah hari ke enam dari dia dating. Gun pun bergegas bangun dari tidurnya dan menyambut hari yang indah dan menggembirakan, dia pergi ke kamar mandi dan setelah mandi dia menuju ke lantai satu dengan wajah berseri-seri. Dia pergi ke meja makan dan dia memulai sarapannya, karena tak ingin menunda lagi. Dia hanya makan roti isi dan segera menuju ke toko perhiasan dimana dia meminta dibuatkan kalung, sesampainya dia disana dia langsung bertanya kepada penjaga toko tersebut, “Mas, kalung pesanan saya sudah jadi belum?” dia bertanya dengan raut wajah yang gembira.
            Penjaga toko pun berkata, “Mas ini pesan apa ya?” sedikit bingung dengan pertanyaannya.
            Gun pun berkata lagi, “Saya orang yang memesan kalung berliontin berlian dengan bentuk bintang yang berwarna ungu.”
            Penjaga toko pun dengan wajah yang riang berkata, “Oh.. anda yang memesan itu, kalungnya sebentar lagi selesai. Jadi mohon tunggu sebentar lagi.”
            Gun pun dengan raut wajah yang gembira berkata, “Baik lah aku tunggu saja.” Gun pun duduk di tempat tunggu yang disediakan oleh pihak toko. Tak lama kemudian penjaga toko pun memanggil Gun, Gun pun langsung berdiri dan memnghampiri si penjaga toko tersebut.
            Penjaga toko tersebut pun berkata, “Apa kah ini yang anda pesan?” sambil menunjukan dua buah kalung.
            Gun pun senang dan berkata, “Iya, benar itu yang saya pesan.” Setelah dai melihat kalung yang dia pesan. Kemudian tangannya masuk ke saku celananya untuk mengambil dompetnya, sambil berkata, “Berapa yang harus saya bayar?”
            Penjaga pun menjawabnya, “semuanya jadi dua juta lima ratus ribu rupiah.” Gun pun membayarnya dengan kartu kredit, karena dia tak membawa uang kartal sebanyak itu. setelah mendapatkan kalung dan sudah membayarnya dia pergi ke tempat biasa Gun dan Ovi bertemu. Gun pun sampai di tempat itu dan dia duduk di kursi yang biasa dia dan Ovi duduk bersama, Gun pun mengambil telfon genggamnya dan menelefon Ovi untuk dating ke tempat tersebut.  HP milik Ovi pun berbunyi, Ovi pun mengangkat panggilan dan berkata, “ Assalamu alaikum. Halo,Sayng ada apa koq telfon aku?”
            Gun pun menjawab, “Aku ingin bertemu kamu sekarang di tempat biasanya, ada yang mau aku katakana dan berikan. Kalau bisa Sayang kesininya cepatan ya!”
            Ovi berkata, “Mau bicara apa dan mau memberi apa?”
            Gun membalas, “Udah kalau Sayang mau tau dating aja kesini! Cepet ya!”
            Ovi berkata, “Baik lah aku akan segera ke sana secepat mungkin” Ovi pun langsung pergi mengendarai mobilnya, dalam perjalanan dia menyetir lumayan cepat karena tidak ingin mengecewakan Gun. Pada arah yang berlawanan ada sebuah truk yang melaju sangat cepat dan tak kerkendali Ovi yang kemudian melihatnya sontak kaget dan menginjak rem mobilnya, tapi sayang rem mobilnya blong. Jadi tak bisa berhenti, sedangkan truk yang melaju semakin cepat dan kemudian menabrak mobil Ovi yang melaju di jalan tersebut. Brak… tabrakkan pun tak terelakan lagi, depan mobil Ovi yang tertabrak sangat keras pun hancur.
Warga sekitar yang tak sengaja melihat mobil mobil berhenti saling berhadapan dan hancur langsung memanggil polisi dan ambulan untuk membawa si pengendara mobil dan truk termasuk Ovi ke rumah sakit, tapi sayang Ovi tidak tertolong dan meninggalkan dunia ini. Gun yang menunggu di tempat dimana dia akan memberikan kalung berliontin bintang itu kepada Ovi, merasa gelisah karena tumben-tumbenan Gun menunggu lumayan lama kedatangan Ovi. Tak lama Hp-nya Gun pun berbunyi, tak disangka yang menelefon adalah ibu dari Ovi dan menyuruh Gun untuk ke rumah sakit secepatnya.
Gun pun langsung menuju ke mobil dengan pikiran yang bertanya-tanya apa yang terjadi, dia mengendarai mobilnya menuju ke rumah sakit dan sesampainya dia ke sana dia langsung menemui keluarga Ovi dan kebetulan orang tua Gun pun ada di situ. Dia bingung melihat kedua orangtua Ovi dan Gun sedang menangis sedih, Gun yang baru tiba dia bertanya kepada ibunya, “Bu kenapa menangis?”
Ibunya pun menjawab, “Ovi nak, Ovi..” sambil menangis dan tak sanggup untuk mengatakannya.
Gun bertanya lagi, “Iya bu, ada apa dengan Ovi bu?” sambil memegang pundak ibunya.
Ibunya berkata, “Ovi meninggal nak..” sambil menangis.
Gun pun terkejut dan berkata, “Apa bu Ovi meninggal, itu tidak mungkin bu. Itu tidak mungkin.” Sambil menundukkan kepalanya karena tidak percaya dan melangkah mundur. Gun pun berkata, “Kalau dia meninggal dimana Ovi sekarang?” sambil berteriak.
Ibunya Ovi pun berkata, “sekarang jazad Ovi ada di ruang mayat” sambil menangis dan menunjukkan tempatnya.
Gun pun langsung bergegas masuk ke ruang mayat dan membuka kain putih untuk memastikan kalau itu bukan Ovi, Gun membukanya dan dia benar-benar tidak percaya kalau ternyata Ovi telah tiada. Gun pun berkata sambil meneteskan air matanya, “Vi bangun jangan bercanda, kamu bikin aku khawatir dan membuat ibu kamu menangis. Ayo bangung!!!” sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya.
Ibunya Gun pun berkata, “Sudah lah nak jangan begitu, relakan saja dia.”
Gun berkata dengan nada yang keras, “Tidak…, dia belum mati. Dia masih hidup dan kita akan menikah setelah kita tamat kuliah.” Menetes air matanya tak merelakan Ovi pergi. Gun berkata, “Vi bangun dan lihat apa yang ku bawa! Aku membawa dua buah kalung yang berlionti bintang ungu ini dan bertuliskan nama kita berdua untuk kita pakai bersama, bukan kah kamu ingin menjadi atau memiliki bintang ungu.” Sambil menunjukkan kalung tersebut.
Ayah dari Gun dan Ovi pun menyeret Gun keluar, ayahnya Gun pun berkata, “Gun sadarlah, Ovi sekarang sudah tenang di sana.”
Gun yang meronta-ronta berkata, “Tidak., dia masih hidup dan akan menemani ku selamanya.” Gun pun dibawa masuk ke mobil dan ayahnya Gun membawa dia pulang dan memasukkannya ke kamarnya. Gun berkata, “Yah, keluarkan aku dari sini. Aku mau menemani Ovi.” Sambil menggedor-gedor pintu kamarnya.
Ayahnya pun berkata, “kamu tidak akan ayah keluarkan dari kamar, kalau kamu belum tenang.”
Ke esokkan harinya dimana hari pemakaman Ovi, Gun yang masih sangat sedih tapi hatinya sudah cukup tenang mengikuti acara pemakaman. Dia mengikutinya dengan baik tanpa masalah, tapi setelah acara pemakaman usai dan orang-orang sudah pergi tinggal Gun sendiri yang belum pergi dan masih duduk jongkok di samping makam Ovi. Gun memegang nisan Ovi yang tertancap di makamnya, Gun berkata, “kenapa kamu harus meninggalkan ku? Kenapa kamu tak ada lebih lama lagi untuk bersama ku.” Setelah cukup lama dia duduk di sebelah makam, dia pun beranjak pulang dengan hati yang menangis. Sejak kematian Ovi, Gun jarang sekali berangkat kuliah. Jangan kan kuliah makan saja, kadang-kadang saja. Dia lebih sering menghabiskan waktunya di kamarnya memandangi foto Ovi, sambil memegang kalung yang tak sempat Ovi lihat. Setiap malam hari dengan penuh bintang dia keluar dari kamarnya dan pergi ke taman belakang rumahnya, di sana dia berbaring menghadap langit penuh bintang di sebuah kursi. Setiap harinya dia menjalani aktifitasnya seperti itu dan sampai akhirnya dia jatuh sakit, kemudian dia dibawa ke rumah sakit dan dirawat disana beberapa minggu kemudian sakitnya tambah parah. Karena tak mau makan dan minum obat, setiap kali disediakan makanan dia langsung membuang piring yang berisi makanan itu dan juga membuang obat yang harusnya dia minum. Setelah sakitnya tambah parah dia pun meninggal dunia dan menyusul Ovi ke alam baka.

Andy Gunawan, pemalang, 4 september 2010